Tradisi Atau Sunnatullah
Dalam Kehidupan
Bahwa mengenal perjalanan sejarah Dien Al Islam
yang ada didalam kitab-kitab Allah, merupakan satu-satunya cara mengenal Allah.
Allah nya Adam, Allah nya Ibrahim, Allah nya para Nabi dan Rasul-rasul Allah.
Kenapa mengenal Allah harus melalui sejarah atau harus mempelajari sejarah?
Karena sejarah merupakan prilaku Allah atau Sunnatullah.
Banyak sekali ayat-ayat allah yang membicarakan
tentang Sunnatullah, tetapi sedikit sekali orang yang memperhatikan tentang
makna dari istilah Sunnah. Para ulama –keledai- telah membuat difinisi yang
menyesatkan tentang istilah sunnah. Mereka mengatakan bahwa sunnah adalah salah
satu hukum fiqih yang lima, dengan definisi bahwa sunnah adalah perbuatan rasul
yang bersifat alternatif, boleh dilakukan boleh ditinggalkan. Perbuatan sunnah
adalah perbuatan yang dilakukan oleh rasul, yang apabila perbuatan itu
dilakukan oleh pengikutnya, maka pengikutnya akan mendapat pahala dan apabila
perbuatan itu ditinggalkan, dia tidak berdosa.
Kesalahan Memahami
Istilah Sunnah
Itulah akal iblis yang ingin menyesatkan ummat
para nabi. Mereka ingin memisahkan antara Allah dan Rasul-Nya. Kalau perintah
Allah mereka katakan wajib tetapi kalau perintah Rasul-Nya mereka katakan sunnah.
Inilah ajaran jahiliyah yang menyebabkan Allah terputus dengan Rasul-nya.
Padahal kitab Allah mengatakan;
barangsiapa yang
memisahkan antara Allah dan Rasul-Nya dengan mengatakan “ kami beriman kepada
yang sebahagian dan kafir kepada sebahagian yang lain”, mereka itulah
sebenar-benarnya kafir. (QS. An-Nisa :150-151)
Sunnah
bukan berarti sukarela, bahwa arti kata sunnah adalah karakter atau sifat,
tradisi atau kebiasaan. Sunnatullah adalah karakter atau sifat Allah,
Sunnatullah adalah tradisi atau kebiasaan Allah. Oleh sebab itu memahami
Sunnatullah adalah jalan mengenal Allah.
Sebagai
suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan
menemukan perubahan bagi sunnatullah itu (QS. Al-Fath : 23)
Memahami Sunnatullah Untuk
Memahami Allah
Ingat penjelasan para Nabi, bahwa mengenal Allah
adalah jalan yang paling utama bagi
orang-orang yang mau beriman. Mengenal Allah adalah masalah yang utama sebelum
mempelajari yang lain. Orang-orang agamis yang bodoh melarang manusia untuk
mengenal Allah. Ahlul kitab Taurat, Injil dan Al-Qur’an memperkenalkan Allah
dalam dimensi yang tidak sesuai dengan Allah nya para nabi dan rasul. Allah nya
alam semesta alam dan Allah nya seluruh makhluq di muka bumi ini.
Mengenal Allah adalah jalan utama menuju
keselamatan. Secara aqliyah (rasional) inilah cara mengabdi yang benar, yaitu
kenali dahulu Allah. Bagaimana mungkin kita dapat mengabdi kepada suatu yang
tidak kita kenal? Bagaimana mungkin seorang hamba dapat mengabdi kepada tuannya
kalau dia tidak mengenali karakter atau sifat tuannya, tidak mengenal apa yang
disenangi dan dibenci oleh tuannya. Bagaimana mungkin seoarang hamba akan
diterima pengabdiannya oeleh tuan yang dia tidak kenal.
Amtsal Hubungan Tuan Dan
Budak
Seorang budak yang mengabdi kepada tuan yang
tidak dikenalnya, maka seluruh perbuatannya pasti akan ditolak dan pasti akan
bertentangan dengan kehendak tuannya. Sebab pemikiran seorang budak tidak akan
sama dengan pemikiran seorang tuan, ilmu seorang budak tidak akan sama dengan
ilmu seorang tuan, demikian pula selera seorang budak tidak akan sama dengan
selera seorang tuan. Tatkala seorang budak mengabdi berdasarkan pikiran dan
ukuran-ukuran pribadinya, maka pasti seluruh pengabdiannya akan ditolak, dan
dia akan terkena ghodob (murka) dari tuannya.
Secara rasional dalam kehidupan sehari-hari
pasti demikian, dan tidak akan ada orang yang akan menyanggah pendapat ini. Ini
adalah jalan pemikiran yang benar. Mengenal tuan bagi seorang budak adalah
jalan utama agar pengabdiannya bisa diterima oleh tuannya. Maka mengertilah
kita mengapa yang pertama-tama diajarkan oleh Allah kepada para nabi dan
rasul-Nya adalah pengenalan tentang sifat-sifat Nya, sebagi langkah awal dalam
melaksanakan tugas dan pengabdiannya itu.
Tidakkah para ahlul kitab membaca di dalam
kitab-kitab mereka, cerita tentang Adam. Tatkala Adam akan dijadikan kholifah
atau syahid-Nya di muka bumi, maka Allah mengajarkan kepada Adam tentang segala
sifat-sifat-Nya. Yang dalam bahasa arab dikatakan –wa’allama Adamal asma a
kullaha-, dan Allah mengajarkan Adam sifat-sifat dari segala sesuatu.
Inilah persyaratan bagi seorang kholifah , dia
harus mengenal –asma- Allah. Asma adalah nama, nama adalah simbol atau alegoris
dari sebuah sifat. Maka semua sifat-sifat Allah yang tersebut di dalam
kitab-kitab Allah harus difahami oleh orang yang ditunjuk oleh Allah untuk
mewakili Nya, sesuai dengan kedudukannya sebagai -tangan kanan- Allah dimuka
bumi.
Begitulah seluruh nabi dan rasul Allah ajarkan,
dan begitu juga sepanjang zaman sunnah
itu berlaku seterusnya sampai kapanpun.
Pada masa-masa tertentu Allah akan mewahyukan kembali kepada orang yang
dikehendaki Nya tentang –asma a kulaha- tentang segala sifat-sifat Nya, tentang
segala prilaku dan karakter-Nya, tentang sunnah-Nya.
Sunnatullah Tidak Pernah
Berubah Atau Berganti
Seperti yang tertulis di dalam kitab-kitab Allah
bahwasannya Sunnatullah itu tidak pernah berubah dan tidak pernah berrganti.
Dia berjalan terus mengarungi ruang dan waktu. (QS. Al-Fath : 23)
Karena
Allah adalah Al-Haq atau kebenaran, maka segala ketetapan hukum atau –Dien- Nya
tidak akan pernah ada peerubahan, sebab bagaimana mungkin kebenaran itu
berganti-ganti.
Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui (QS. Ar-Rum : 30)
Sunnatullah terjadi pada dua alam, yaitu dalam
alam akwan dan alam insan. Sunnatullah alam insan terbagi menjadi dua, yaitu
insan yang disebelah kanan (ashhabul yamin) dan insan yang berada disebelah
kiri (ashhabul syimal). Karena sunnatullah tidak pernah mengalami perubahan dan
pergantian, maka sunnatullah akan berlaku sama dari waktu ke waktu terhadap dua
bentuk peradaban manusia tersebut. Yaitu Insan yang berada disebelah kanan dan
insan yang berada kanan (ashhabul yamin) dan insan yang berada disebelah kiri
(ashhabul syimal). Dari uraian yang singkat ini, maka mengertilah kita bahwa wujud
atau zhahir daripada Sunnatullah itu ada di dalam peradaban manusia yang
berlaku sepanjang sejarah.
Sesungguhnya
telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah Karena itu berjalanlah kamu di
muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul).(QS. Ali’
Imran : 137)
Segala Sesuatu Selalu
Bekesepasangan (Ajwaj)
Maha
Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa
yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui (QS. Yasin : 36)
Sunntullah dalam garis besar adalah pergantian
antara sesuatu yang berkesepasangan. Sunnatullah pada alam akwan digambarkan
dengan pergantian antara malam dan siang atau pergantian antara gelap dan
terang. Alam tidak selalu malam dan alam tidak selalu siang, maka sunnatullah
kehidupan alam akwan adalah rotasi atau pergantian antara malam dan siang.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal (QS. Ali’ Imran)
Pada alam insan atau peradaban manusia, malam
adalah sebagai bentuk amtsal dari kondisi dzulumat, dimana nur Allah tidak
bersinar, yaitu tidak berlakunya hukum Allah dalam kehidupan ummat manusia.
Siang adalah sebagai bentuk amtsal tatkala nur Allah sedang bersinar, artinya
hukum Allah sedang berlaku dalam kehidupan ummat manusia. Dalam perjalanan
sejara manusia, terkadang mereka berada dalam kondisi dzulumat, dan terkadang
manusia berada dalam kondisi nur. Kemudian kondisi nur berubah menjadi
dzulumat, lalu kondisi dzulumat berubah lagi menjadi nur. Begitulah seterusnya
perjalanan Sunnatullah kehidupan alam insan.
Mengenal Allah Adalah
Iman Yang Utama
Mengenal Allah adalah jalan utama dari shirothol
mustaqim. Mengenal Allah adalah mengenal Sunnatullah. Mengenal sejarah adalah
jalan utama. Bagaikan akar tunggang dari sebuah pohon, kalau akar itu tidak
ada, maka pohon itu tidak akan tumbuh dengan baik apalagi berbuah. Tatkala
orang tidak mengenal Allah, maka imannya pastilah sesat.
Mengenal Allah harus melalui kitab-kitab Allah
yang bercerita tentang prilaku Allah terhadap ummat manusia sepanjang sejarah
perjalanan manusia yang dimulai dari Adam hingga kini. Maka tatkala kita minta
ditunjuki shirothol mustaqim, seperti yang diceritakan di dalam kitab-kitab
Allah itu. Allah menjawabnya dengan –an’amta alihim-. Memang singkat
jawabannya, tetapi pada hari ini tidak ada satu manusiapun yang faham makna
ayat ini.
Walaupun manusia hari ini berdoa minta ditunjuki
shirothol mustaqim, tetapi ucapannya itu tidak ditujukan kepada Allah Robbul
‘alamin, ucapannya itu ditujukan kepada Allah menurut ciptaan mereka sendiri,
Allah menurut gambaran hawa nafsunya. Biasanya orang yang berdoa minta
ditunjuki shirothol mustaqim, maka yang dimaksudnya adalah jalan yang memuaskan
dirinya, jalan yang menjamin kehidupan materilnya, jalan yang sedang dikejar
oleh keinginan nafsunya.
Persoalan Shirothol
musaqim
Padahal persoalan shirothol mustaqim bukanlah
persoalan kepentingan pribadi. Persoalan shirothol mustaqim itu adalah
persoalan –iyya Ka na’budu wa iyya Ka nasta’in- yaitu persoalan bagaiman cara
mengabdi kepada Allah dengan benar agar Allah ridho kepadanya. Agar menjadi
ummat yang terhormat di mata dunia dan berada diatas bangsa-bangsa, sehingga dapat
menjalankan segala apa yang Allah perintahkan kepadanya. Sebab mereka tidak
dapat menjalankan amanat Allah untuk mentegakan keadilan tatkala mereka
ditindas oleh kekuasaan bangsa-bangsa.
Kemudian mereka berdoa agar mereka diberikan
jalan keluar dari keterpurukan, terlepas dari kekuasaan dan penindasan
bangsa-bangsa musyrik. Sebab bukankah mereka dahulu adalah ummat kesayangan
Allah dan ummat yang dihormati oleh bangsa-bangsa? Demikianlah doa dari
hamba-hamba Allah yang hanif.
Ibrahim adalah salah satu hamba Allah yang
hanif, tatkala dia diusir dari Babilonia, dia pergi ke Kanaan, kemudian dia
pergi ke Mesir, untuk mengembangkan da’wah. Ibrahim tidak berputus asa walaupun
dia belum menemukan jalan bagaimana agar bisa menjadi kholifah dalam sebuah -daar-
ssehingga dia dapat mengabdi kepada Allah tanpa rasa takut. Demikian pula
dengan Musa, tidak pernah berputus asa walaupun dia ditindas oleh Fir’aun.
Karena selama menjadi budak Fir’aun mereka tidak bisa menjadi ummat kesanyangan
Allah, mereka berdoa –ihdina shirothol mustaqim-.
Hanya ada satu jalan menuju ridho Allah yaitu
shirothol mustaqim. Jalan nya orng-orang yang telah Allah berikan nikmat atas
mereka, jalannya para nabi dan rasul Allah. Selain daripada jalan itu adalah
jalan –ghodob wa dholin- yaitu jalan yang dimurkai dan jalan kesesatan.
Mengenal Sunnatullah
Melalui Sejarah
Mengenal Allah adalah jalan utama dari shirothol
mustaqim. Mengenal Allah adalah mengenal Sunnatullah. Maka fahamilah bagaimana
Sunnatullah berlangsung dari zaman ke zaman. Oleh karena itu mempelajari
sejarah adalah jalan untuk mengenal Allah, karena sejarah adalah Sunnatullah.
Dengan mempelajari sejarah para nabi dan rasul
yang terdapat di dalam kitab-kitab Allah kita dapat mengenal Allah. Dengan
mengenal Allah kita dapat menyesuaikan ibadah kita dengan selera Allah. Dengan
mengenal Allah kita dapat menyesuaikan langkah-langkah kita detik demi detik
menggenapi ayat Allah.
Kehidupan Alam Semesta
Sebagai Rancangan Pasti Allah
Salah satu prinsip Sunnatullah yang terkenal di
dalam Al-Kitab adalah, bahwa Allah sebagai Robbul ‘alamin sebelum menciptakan
alam semsta ini, telah membuat terlebih dahulu –blueprint- atau
ketetapan-ketetapan di dalam kitab Nya. Seperti halnya seorang insinyur yang
akan membuat rumah, sebelum ruamh itu dikerjakan, maka seluruh persiapan dan
rencana-rencananya sampai yang sekecil-kecilnya telah tertuang terlebih dahulu
di dalam perencanaannya.
Begitu pula Allah, sebelum Dia menciptakan alam semsta dan kehidupan manusia ini, Dia
telah menciptakan segala sesuatunya. Allah mempunyai kehendak atau –irodah-
dalam dia menciptakan alam semsesta dan kehidupan manusia ini. Kat-kat kehendak
menunjukan niat, keinginan atau rencana. Maka tatkala Dia ingin mewujudkan
kehendak-Nya itu, dia Cuma berkata “kun fa yakun” ini menggambarkan bahwa
segala kehendak Allah sebelumnya, tatkala sudah sampai saatnya maka segala
kehendak Nya itu pasti terwujud. Tidak ada iradah Allah yang tidak terwujud.
Tiada
suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah
(Kami
jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang
luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira[1459]
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang
yang sombong lagi membanggakan diri (QS. Al-Hadiid : 22-23)
Tidak Ada Yang Kebetulan
Dalam Hidup Ini
Allah melakukan apa yang diinginkan Nya. Dalam
menetapkan irodah atau keinginan Nya itu, dia tidak terikat oleh sesuatupun
karena Dia Maha Kuasa. Semua ketetapan Nya tidak ada yang tidak terwujud,
dengan kata lain hidup ini baik alam akwan maupun alam insan, segala tingkah
laku manusia baik yang mu’min maupun yang kafir semuanya adalah –kun- dari
irodah Allah, atau penggenapan dari rencana-rencana Allah. Jadi tidak ada yang
bersifat kebetulan dalam hidup ini. Hanya orang bodoh yang mengatakan bahwa
sesuatu itu terjadi secara kebetulan, lepas dari kekuasaan Allah.
Inilah Aqidah yang benar. Bahwa apapun yang kita
lihat semanya itu merupakan wajah Allah, prilaku Allah, atau perwujudan dari
kehendak Allah. Baik alam akwan maupun alam insan, yang mu’min maupun yang
kafir semuanya itu adalah zhohirnya kehendak Allah. Cuma orang yang tidak
melihat Allah secara tauhid, yang mengatakan bahwa kejadian-kejadian yang ada
pada alam akwan maupun alam insan itu adalah suatu kebetulan atau perbuatan
yang lepas dari irodah Allah.
Memang sementara waktu bisa saja manusia merusak
alam, tetapi alam akan kembali lagi kepada titik mizannya. Memang sementara
waktu bisa saja manusia merusak tatanan Dien Allah yang tauhid itu, tetapi
semuanya akan kembali lagi kepada Allah. Kembali kepada Allah adalah kembali
kepada Sunnatullah. Inilah sebenarnya makna daripada Allah Robbul ‘alamin.
Menyesuaikan Hidup
Dengan Sunnatullah
Dengan adanya sunnatullah yang berlaku tetap
dalam kehidupan ini, maka kita bisa menyesuaikan hidup kita dengan perjalanan
Sunnatullah. Karena kita tahu bahwa kehidupan ini adalah pergantian antara
zhulumat dan nur, pergantian antara malam dan siang. Allah menjadikan malam
untuk beristirahat dan menjadikan siang untuk mencari kehidupan.
Tatkala muncul pembawa risalah Tuhan yang akan
mentegakan Dien Allah dan akan memberlakukan hukum-hukum Allah di muka bumi,
maka jadilah orang yang terdepan untuk mendukung pembawa risalah Tuhan itu.
Demikian pula tatkala apa yang telah dibangun oleh pembawa risalah Tuhan telah
berubah lagi menjadi zhulumat, maka jadilah orang yang terdepan untuk
meninggalkan kezhulumatan itu. Itulah orang-orang yang diridhoi oleh Tuhan,
yaitu orang-orang yang bisa menyesuaikan dirinya dengan irama kehidupan.
Mengenal Allah adalah jalan yang utama apabila
kita berjalan di shirothol mustaqim. Mengenal Allah adalah mengenal akan
prilaku Allah di dalam alam akwan dan kehidupan manusia. Maka mengenal sejarah
kehidupan manusia adalah ilmu yang paling dasar bagi setiap misi kenabian dan
kerasulan. Oleh karena itu illmu yang paling uatam diberikan kepada para nabi
dan rasul adalah mengenal sejarah.
Sesungguhnya
pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (QS. Yusuf : 111)
Nabi Sebagai Juru Bicara
Allah
Kebiasaan Allah di dalam melaksanakan sunnah Nya
terhdap kehidupan manusia, adalah Dia berhubungan dengan seorang Nabi. Kemudian
Dia mengutus nabi itu dalam rangka Dia ingin berbicara kepada seluruh ummat
manusia. Maka dikatakan di dalam Al-kitab bahwa nabi itu adalah juru bicara
Allah, firman Allah ada di bibir para nabi.
Allah memberitahukan tentang rencan-rencana
pasti Nya di dalam kehidupan semesta alam ini kepada para nabi. Kemudiann para
nabi bernubuah tentang rencan-rencana pasti Allah itu kepada ummat manusia.
Maka tatkala apa yang di nubuahkan itu akan muncul, datanglah –nabiyan wa
rosulan- yaitu seorang nabi yang juga seorang rasul.
Seorang nabi hanya bernubuah tentang akan
terjadinya sesuatu di masa depan. Tetapi seorang rasul bukan saja bernubuah,
dia juga memberikan peringatan dan kabar gembira kepada suatu kaum dimana dia
diutus oleh Allah.
Mempelajari Sejarah Bani
Israil Adalah Jalan Untuk Mengenal Allah
Pahamlah bagaimana sunnatullah ini berlangsung dari
zaman ke zaman. Didalam kitab-kitab Allah, baik itu Taurat, Injil maupun
Al-Qur’an semuanya berbicara tentang sunnatullah yang berlangsung pada Bani
Israil. Maka tatkala kita tidak mengerti Sunnatullah yang berlangsung pada Bani
Israil, tidak mungkin kita dapat mengenal Allah. Mempelajari sejarah Bani
Israil adalahjalan untuk mengenal Allah.
Kesesatan orang baik di kalangan Yahudi,
Nashrani maupun Islam agamis adalah tatkala mereka tidak memahami sejarah Bani
Israil, dan nubuah-nubuah yang ada di dalam kitab sucinya. Banyak Ahlul Kitab
yang dicerca Allah sebagai Ahlul Kitab Himar (keledai), yaitu pengemban dan
penanggungjawab daripada kitab Allah, yang mengaku sebagi Al-Ulama tetapi
mereka tidak faham akan kitab sucinya.
Mereka seperti keledai yang memikul kitab, keledai adalah binatang yang paling
bodoh, dia tidak tahu kitab apa yang diembannya. Itulah kutukan Allah kepada
para pengemban kitab yang tidak konsisten dengan kitabnya.
Perumpamaan
orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya
adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya
perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi
petunjuk kepada kaum yang zalim (QS. Al-Jumu’ah : 5)
Pembawa Misi Al Qur’an
Harus Mengerti Sejarah Bani Israil
Agar kita jangan sampai menjadi ‘Ulama Himar
yang tidak tahu akan kitab, maka wajiblah kita mempelajari dan memahami kitab-kitab
Allah baik itu Taurat, Injil maupun Al-Qur’an.
Katakanlah:
"Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu
menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu." Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari
Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka;
maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu (QS.
Al-Maidah : 68)
Dimana kita memandang bahwa Al-Qur’an adalah judge-
atau hakim yang akan menjadi tolak ukur, atau batu ujian bagi kitab-kitab
sebelumnya, yang akan menyeleksi mana dari ayat-ayat Taurat dan Injil yang
masih murni dan benar.
Kita harus mampu berbicara, menjelaskan kepada
dunia tentang perjalanan Bani Israil dari mulai Ibrahimm sampai Isa menurut
visi Al-Qur’an dengan tanpa mengabaikan catatan-catatan sejarah Nabi Ibrahim
dengan seluruh keturunannya yang dibuat oleh penulis-penulis tauratdan Injil.
Amatlah janggal bila orang membawa misi Al-Qur’an tetapi tidak mengerti sejarah
Bani Israil karena seluruh cerita yang ada di dalam Al-Qur’an sebahagian besar
adalah tentang serjarah Bani Israil.
Sejarah Bani Israil Dari
Politik Atau Kekuasaan
Kita harus melihat sejarah Bani Israil dari sisi
politik kareana ini menyangkut masalah kekuasaan atau masalah khilafah. Jangan
melihat dari kacamata moral atau ritus yang tidak bermakna. Dengan cara pandang
yang benar, barulah kita bisa menafsirkan kitab suci dengan benar. Tatkala kita
salah memandangnyam maka kita akan tersesat jauh dari makna yang sesungguhnya.
Para penjajah bersama-sama dengan Ahlul Kitab
Himar telah merubah sejarah Bani Israil dalam bentuk mistis-mistis yang tidak
aktual sehingga semua cerita-cerita nabi dan rasul Bani Israil itu tidak bisa
diuswah (diteladani). Tatkala orang melihat perjalanan nabi dan rasul bani
Israil itu bukan dari kacamata Khilafah, berarti mereka telah berhasil
menyesatkan dunia
Tersesatnya orang-orang Nashrani disebabkan
karena mereka telah termakan oleh tipu daya Iblis yang telah merubah kitab
sucinya. Mereka mengatakan bahwa kitab suci adalah suatu yang harus diimani
berdasarkan –faith- keyakinan atau kepercayaan, bukan berdasarkan rasional. Dan
biasanya kalau sudah menjadi keyakinan atau kepercayaan, maka sulit untuk membangun
dimensiyang baru, karena mereka beranggap bahwa dasar keyakinan dan
kepercayaannya itu ada tertulis di dalam kitab
Penjajah Dan Ahlul Kitab
Himar, Iblis Penyesat Manusia
Iblis
menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,
(QS. Shaad :82)
Dengan adanya aksioma ini maka terbukalah
kesempatan bagi penjajah untuk menyesatkan orang dari kitab sucinya. Dan dari
sini pula Iblis bermain. Maka cara yang paling efektif untuk menhancurkan ummat
adalah dengan masuk ke dalam kitab sucinya. Baik dengan mengganti ayat-ayatnya
maupunmemberikan makna yang berbeda dari tafsir dan ta’wilnya. Tentu saja semua
program penyelewengan ini tidak bisa dilakukan tanpa dikawal oleh kekuasaan dan
tanpa didukung oleh kekuatan. Artinya apabila ada orang yang mengartikan atau
memiliki kitab suci yang berbeda dengan yang dilegalisiir oleh penguasa, maka
orang itu harus dibunuh dan dirampas karya tulisnya.
Mereka berusaha untuk memadamkan cahaya Allah
dengan karya-karya mereka, tetapi Allah Robbul ‘alamin tidak akan membiarkan
mereka begitu saja, karena pada saatnya Allah akan memnyempurnakan cahaya-Nya
walaupun mereka terus berusaha memadamkannya. Inilah pergelutan sejarah yang
terjadi sepanjang masa karena ini sebuah keharusan, inilah Sunatullah.
Oleh karena itu bila kita mau berpikir jujur,
jernih, murni dan kritis terhadap perjalanan sejarah Bani Israil, maka dengan
mudah kita dapat mengatakan bahwa peranan penjajah Romawi dalam memutarbalikan
fakta sejarah perjalanan para pembawa risalah, sangatlah besar.