Selasa, 03 September 2013

KELAHIRAN ISA PUTRA MARYAM

Maryam mendapat Berita dari Allah melalui Utusan-Nya


Maryam adalah wanita salehah, yang menjaga kesucian dirinya dari pergaulan bebas. Kehidupan sehari-hatinya tidak seperti gadis-gadis umum dalam lingkungannya. Maryam masih keponakan Imam Bait Allah yang juga nabi, yaitu Nabi Zakaria ayahnya Nabi Yahya. Pada suatu ketika, ia menyendiri dan tidak berhubungan sama sekali dengan keluarganya. Ia bertahanuts, yaitu kegiatan semacam semedi. Konsentrasinya diarahkan sepenuhnya untuk mengingat Tu[h]an. Dalam keadaan antara sadar dan tidak (kasyaf) ia mendapat “penglihatan” seperti seorang manusia layaknya berdiri dihadapannya. Melihat orang itu, Maryam merasa takut, jangan-jangan itu adalah orang jahat yang akan berbuat sesuatu kepadanya. Orang itu mengaku sebagai Utusan Tu[h]an yang menyampaikan firman-Nya kepadanya. Firman itu berupa:
-      Rencana Tu[h]an yang akan memberikan seorang anak laki-laki kepadanya (kalimatuhu). Maryam merasa heran, bagaimana dia akan mempunyai anak sedang dia belum bersuami
-      Orang itu mengatakan, hal itu mudah bagi Tu[h]an, sebab segala sesuatu yang terjadi dalam hidup dan kehidupan ini adalah merupakan penggenapan dari ketetapan atau kehendak Tu[h]an sebelumnya
-        
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. Al-Hadid: 22)

Anak yang diberitahu akan dikandung oleh Maryam dikatakan “sebagai tanda bagi manusia”. Dimana letak tanda itu?

(21) Jibril berkata: "Demikianlah." Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan."
(22) Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. (QS. Maryam :21-22)

-      Tanda bahwa kehadiran anak yang nantinya menjadi nabi itu adalah ia lahir berdasarkan Firman Tu[h]an yang diberitahukan terlebih dahulu kepada seorang wanita yang masih gadis.
-      Tanda yang kedua, anak itu akan menjadi dewasa dan diangkat menjadi nabi untuk menyampaikan Firman Tu[h]an kepada manusia.

Semua nabi yang menyampaikan Firman Allah adalah tanda atau bukti bagi manusia bahwa Tu[h]an adalah Raja atas alam semesta ini. Dia yang menciptakan segenap makhluk dan Dia juga yang mengatur kehidupan makhluk-makhluk itu dengan aturan-Nya. Itulah makna Isa Al-Masih diciptakan dengan kalimat-Nya (kalimatuhu).

Ayat 21 diikuti oleh ayat 22 yang merupakan “kalimat berita”. Maka Maryam mengadungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya ketempat yang jauh. Karena ayat 22 yang merupakan “kalimat berita” orang menafsirkan bahwa Maryam langsung hamil setelah perpisahan dengan orang yang dilihatnya dalam keadaan kasyaf itu. Dalam penyampaian kisah sejarah tidak demikian halnya. Antara satu ayat dengan ayat bisa terdapat jarak rentang waktu yang cukup panjang, tergantung masalah apa yang sedang dibicarakan.

Maryam menikah


Proses bagaimana dan kapan Maryam akan mulai mengandung tidak perlu dikisahkan secara detail karena segala sesuatu akan berproses secara ilmiah dan Sunnatullah, yaitu hukum-hukum yang terjadi pada alam. Apapun yang terjadi pada alam ini berlangsung secara tetap dan tidak pernah berubah.

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan... (QS. Al-Hujarat : 13)

Dalam penciptaan Isa Al-Masih, dengan tegas Tu[h]an menyatakan bahwa proses penciptaannya sama dengan Adam, yaitu dari turab atau tanah, sebagaimana manusia pada umumnya.

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.  (QS. Ali Imran : 59)

Proses perkawinan Maryam dikisahkan pada surat dan ayat yang lain, yaitu :

(43) Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'
(44) Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.
(45) Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), (QS. Ali Imran :43- 45)

Undian yang dilakukan oleh keluarga Maryam tentang siapa yang akan memeliharanya bukan dalam arti memelihara bayi atau membesarkannya, karena ayat sebelumnya menyatakan bahwa Maryam dikala itu sudah dewasa. Hanya orang yang sudah dewasalah yang diperintahkan untuk taat dan sujud.
Dan

Ada ayat (45) dikisahkan dalam redaksi yang berbeda dengan ;

(18) Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa."
(19) Ia (jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci."
(20) Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!"
(21) Jibril berkata: "Demikianlah." Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan." (QS. Maryam : 18-21)


Perbedaan redaksi dalam suatu peristiwa yang sama tidak berarti berita itu bertentangan. Suatu peristiwa terkadang disampaikan dalam redaksi yang panjang, terkadang diipersingkat tergantung pada kepentingan-nya

Maryam mengandung Ruh Allah (pemahaman wahyu)


Bahwa yang dikandung oleh Maryam adalah anak “ruh” yang ditiupkan oleh pemilik Ruhul Qudus (Allah). Semasa hidupnya, sebelum tanggungjawab pemeliharaan dirinya diserahkan dari Zakaria (bapaknya Yahya) kepada Yusuf suaminya (pelindung keluarga), diri Maryam sudah dipenuhi oleh “ruh” Allah dan dia juga sudah sering mendapatkan pengajaran wahyu Taurat dari Zakaria. Bahkan seringkali Zakaria mendapati kamar Maryam penuh dengan “hidangan” sebagai rizqi dari Allah (wahyu). Al-Qur’an menegaskan bahwa Maryam adalah perempuan pilihan yang disucikan (qalbunya) oleh Allah

Kisah Maryam didalam Injil


Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu. (QS. Yunus : 94)

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu." Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu. (QS.Al-Maidah :68)

2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki  yang Kami anugerahkan kepada mereka
4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat
(QS. Al-Baqarah : 2-4)

Kisah berita mengandungnya Maryam didalam Injil Matius dan Injil dikisahkan bahwa Maria mengandung selagi ia masih berstatus bertunangan dengan Yusuf. Tatkala keduanya sudah menikah, barulah Yusauf tahu bahwa istrinya, Maria ternyata sedang mengandung. Dalam hal ini mungkinkah wanita shaleh Maria mau dinikahi oleh Yusuf padahal ia sedang mengandung?. Hanya wanita jahatlah yang mau melakukan hal semacam itu. Yusuf bermaksud menceraikan Maria, tetapi maksud ini dicegah oleh malaikat Jibril dalam penglihatan Mimpi. Karena itu Yusuf tidak jadi menceraikannya. Penulis Injil Matius maupun Lukas sengaja menyelipkan kejadian aneh seperti itu, karena tujuan tertentu, yaitu doktrin bahwa Isa secara biologis bukan anak manusia, tetapi Roh Kudus, yaitu Tu[h]an atau Tu[h]an Anak yang menjelma menjadi manusia. Benarlah sebagaimana sinyalemen pakar pencerahan menyatakan bahwa agama Kristen dibangun diatas dogma yang penuh dengan distorsi-distorsi dan kepalsuan.

Kelahiran Isa sama seperti manusia pada umumnya


Kisah Isa adalah Tu[h]an atau Tu[h]an Anak yang mejadi manusia sulit untuk diluruskan, bahwa Isa adalah manusia sejarah. Usaha apapun untuk membuktikan bahwa Isa adalah mnusia sejarah, sebagaimana manusia pada umumnya akan gagal. Tu[h]an adalah Maha Kuasa yang dapat melakukan apa saja menurut kehendak-Nya. Dia tidak dapat dibatasi dengan apapun walaupun terhadapa hukum yang dibuat-Nya sendiri. Tu[h]an, menurut doktrin semua agama, Yang Maha Kuasa, jika Ia dibatasi oleh hukum- termasuk hukum-Nya sendiri, hal itu akan menhilangkan sifat ke-Maha Kuasaan-Nya.

12. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah
13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik
(QS. Al-Mu’minuun : 12-14)

Sebagai suatu sunnatullah (hukum) yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu (QS. Al-Fath :23)

Demikian lah hukum penciptaan dari Tu[h]an yang berlaku untuk semua manusia sepanjang zaman yang tidak akan pernah mengalami perubahan.

Walaupun para nabi yang hidupnya dibimbing oleh Tu[h]an berjalan sesuai dengan hukum sebab akibat yang berlaku sebagaimana hukum alam, hal itu tidak berlaku pada agama Kristen ciptaan Paulus dan paham Simon Petrus serta paham agamis yang dibangun diatas pondasi doktrin

Doktrin ini sudah dibantah oleh Al-Qur’an 1400 tahun yang lalu, tetapi agama Kristen yang doktriner itu masih berjalan dengan doktrin ortodoksi walaupun sudah terhuyung-huyung. Munculnya “orang dalam” yaitu para pakar pencerahan yang muncul 200 tahun terakhir ini akan terus melakukan riset ilmiah untuk membuktikan Isa atau Yesus sebagai manusia sejarah dan mereka yakin dapat membuktikan bahwa agama Kristen  dengan Injil Nicea-nya itu adalah cerita fiksi yang dibuat oleh musuh-musuh Isa yang membenci Isa dengan ajaran mesianiknya.

Kisah Isa adalah kelahiran sang pemimpin pergerakan kebangkitan


Kisah kelahiran Isa “Sang Pemimpin” gerakan kemerdekaan bangsa Israil yang disajikan oleh Al-Qur’an lebih rumit lagi untuk dipahami. Dikisahkan bahwa Maryam dengan kandungannya yang berat itu pergi ketempat yang jauh seorang diri. Ketika akan melahirkan, ia bersandar pada pangkal pohon kurma. Ketika ia sedang mengerang kesakitan, malaikat jibril datang kembali dan menghibur Maryam bahwa Tu[h]an telah membuat “anak sungai”, dan Maryam yang sedang mengerrang itu diperintahkan menggoyang pohon kurma agar buahnya jatuh berguguran. Tentu saja kisah ini tidak bisa dipahami dengan bahasa muhkam, bahasa vulgar yang makananya sebagaimana adanya. Membaca kisah ini akan bertanyadalam hatinya, bagaimana dan buat apa Tu[h]an membuat anak sungai dibawah Maryam, dan bagaimana mungkin wanita yang sedang melahirkan diperintahkan untuk menggoyangkan pohon kurma yang pangkalnya dua kali lingkaran pelukan manusia itu. Jangankan seorang yang sedang hamil tua, sepuluh orang dewasa pun tidak akan sanggup menggoyang pohon kurma sampai buahnya berjatuhan.

Karena rumitnya masalah ini, semua penafsir menganggap ayat ini bahasa muhkam (jelas) sebagaimana adanya. Walupun tidak logis, terpakasa harus diterima apa adanya, dan orang memandang hal ini sebagai bukti kekuasaan Tu[h]an yang dapat berbuat semau-Nya. Namun demikian, kita ingat akan gaya bahasa wahyu atau kitab, bahwa setiap kisah didalam kitab disajikan dalam dua bahasa, yaitu muhkam (jelas) dan mutasyabihat (menyerupai atau perumpamaan), kita akan “melihat” makna lain dari kisa itu.

Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal (QS. Ali ‘Imran : 7)

Pada Al-Qu’an Surat Maryam ayat 22 dikisahkan bahwa Maryam membawa kandungannya ketempat yang jauh. Kata “hamala” mempunyai banyak arti, seperti mengangkut, membawa, menanggung, seperti Nabi Nuh misalnya orang-orang yang naik kapal bersama Nuh disebut  “hamalna ma’a nuh” (QS. Al-Isra : 3). Dan para ahli Taurat dikatakan “hummilu al-taurat” (QS. Al-Jumu’ah : 5).

Jadi kata hamaltahu dalam ayat 22 bermakna : maka dibawanyalah dia (Isa) ketempat yang jauh. Setelah Isa lahir, ia tidak dibesarkan di Betlehem, tetapi dibawa ke tempat yang jauh, Isa Al-Masih muda itu akan didik oleh Tu[h]an menjadi seorang Al-Masih, seorang Mesias, seorang pemimpin yang akan membebaskan bangsanya dari penjajah Romawi.

Perlu diketahui dimasa Isa Al-Masih hidup, bangsa Israil sedang bergolak. Di Tanah Permai itu banyak pejuang bersenjata yang bermarkas di gurun dan pegunungan yang jauh dari jangkauan tentara Romawi. Sejarah kontemporer menyebut mereka sebagai kaum Zelot, Esenes, Nazarean dan sebagainya. Ketiga fraksi pejuang bersenjata ini sangat anti bekerjasama dengan penjajah Roma. Inga saja misalnya kisah tentang 5.000 orang dan 4.000 orang bersenjata yang diberi “roti hidup” oleh Isa. Mereka membujuk Isa agar mau diangkat sebagai pimpinan gerakan bersenjata untuk melawan tentara Romawi.

Isa Al-Masih adalah sang pejuang revolusi peradaban illahi


Isa sesungguhnya bukan guru agama yang “flamboyan” seperti pendeta atau pastur. Isa didalam khotbah-khotbahnya adalah pejuang yang sangat keras yang membakdalam ewar semangat bangsanya untuk tidak berlaku seperti partai Saduki dan Farisi yang menjual keyakinan dan prinsip-prinsip hukum Taurat denga gengsi, harta dan martabat kepada srigala-srigala buas seperti Herodes dan Pontius Pilatus. Tentu sifat dan karakter ini diperolehnya dari hasil didikan dan penggemblengan yang ketat dalam waktu yang lama.

Isa Al-Masih dibawa oleh Ibunya ketempat yang jauh, tidak disansikan lag bahwa Ibunya, Maryam, membawa Isa untuk didik mental dan fisiknya dalam komunitas kaum Zelot, Eseni atau Nazarean digurun dan dipegunungan yang ada diluar jangkauan Romawi. Isa mendapat pendidikan yang sama seperti Yahya dikampung-kampung pejuang Israil secara ekslusif di gurun-gurun tanah Yudea( semacam pesantren zaman dahulu)

Pohon kurma dan anak sungai adalah gambaran dari suatu kebun yang subur jannatin tajri min tahtiha al-anhar kebun yang dibawahnya mengalir sungai-sungai. Isa Al-Masih Sang pemimpin “dilahirkan” di kebun korma Allah. Kebun dalam bahasa kitabiyah adalah komunitas orang yang beriman. Orang beriman adalah tanaman Allah, komunitas sorgawi yang akan menghasilkan buah atau amal sholeh. Orang yang sholeh adalah orang yang patuh kepada perintah dan kehendak Tu[h]an. Mereka akan dijadikan mulut dan tangan Tu[h]an didalam menegakan Kerajaan-Nya di muka bumi ini.

Kata-kata “makan dan minumlah dan sejukanlah mata engkau”, menggambarkan bahwa Tu[h]an sedang memberi “makan dan minuman ruhani” kepada komunitas itu, dan Isa Al-Masih ada didalamnhya. Fase ini benar-benar di mana Isa digembleng dengan ayar-ayat Tu[h]an. Kebun kurma Allah itu bagaikan “dapur perapian” untuk membuat besi menjadi pedang. Dapur perapian yang memisahkan mana karat dan mana besi. Disinilah Isa Al-Masih mendapat pelajaran Taurat, Injil dan Hikmah sebagai dasar baginya untuk melaksanakan tugas kemesiasannya.

Selanjutnya, Maryam dilarang membicarakan masalah ini kepada siapapun. Semua tentang ajaran Isa Al-Masih diserahkan jawabanya kepada putranya itu. Setelah masa-masa pengkaderan selesai dan Isa Al-Masih sudah siap menyatakan kenabiannya dimuka umum, Maryam membawa kembali putranya ke tempat asalnya atau kaumnya. Setelah kembali kepada kaumnya, Nabi Isa Al-masih mulai berdakwah dan membacakan firman-firman Allah, baik kitab Taurat dan Injil yang diterimanya langsung dari Tu[h]an semesta alam maupun dari hasil didikan ibunya.

Ternyata apa yang disampaikan Isa Al-Masih tentang makna Taurat dan Injil serta bahasa hikmah sangat berbeda dengan penafsiran para ulamaTaurat. Maryam dan Isa Al-Masih meninggalkan kaumnya dalan waktu yang lam. Ketika Isa dibawa kembali kepada kaumnya, umur Nabi Isa sudah mengijak 40 tahun

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS. Al-Ahqaf : 15)

Melihat ajaran Isa berbeda dengan faham Saduki dan Farisi, mereka menuduh Maryam telah melakukan perzinahan dengan bangsa diluar Israil.

Tuduhan Terhadap Maryam dan Pembelaan Isa Al-Masih pada Ibunya



27. Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.
28. Hai saudara perempuan Harun[902], ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina",
29. maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?"
30. Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,
31. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;
32. dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
33. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali."
34. Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. (QS. Maryam : 27-34)

Para penafsir agamis memahami ayat 27 dan 28 ini secara apa adanya. Mereka mengira bahwa ayat ini adalah ayat muhkam, seperti berikut; setelah Maryam menyingkir seorang diri untuk melahirkan, ia kemudian kembali kerumahnya sambil menggendong anak itu, padahal mereka tahu bahwa Maryam belum bersuami. Kedatangan Maryam membuat tua-tua Israil heran dan menuduh Maryam punya anak tersebut dari hasil perzinahan. Ketika tuduhan ini dipertanyakan kepada Maryam, ia tidak menjawab. Maryam menunjuk anaknya yang dalam gendongan itu untuk menjawab. Para tua-tua itu menjawab dengan sinis; mengapa hal ini harus bertanya kepada anak yang masih dalam gendongan.

Tiba-tiba “anak orok” itu menjawab; “sesungguhnya aku ini hamba Allah; Dia (Allah) telah memberikan Alkitab (Injil) dan Dia memerintahkan kepadaku untuk shalat dan zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong dan celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku mati dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.

Dari jawaban anak itu, masalahnya sekarang menjadi jelas, bahwa;
1.   Tuduhan para tua-tua Israil bukan masalah perzinahan fisik. Buktinya adalah anak itu telah membela ibunya bukan dalam masalah perzinahan fisik. Jika tuduhan itu demikian, tentunya anak itu tidak memberikan jawaban yang demekian. Jawaban anak itu menjadi tidak relevan. Yang menjadi masalah tua-tua Israil memang bukan masalah zinah fisik, karena mereka mengetahui bahwa Maryam adalah istri sah dari Yusuf si pengusaha kayu. Yang dipermasalahkan adalah khotbah-khotbah Isa terasa aneh di telinga tua-tua Israil. Isa anak Maryam ini bicara soal Taurat dan nubuah nabi-nabi, berbeda dengan faham agama Yahudi yang dianut oleh tua-tua itu. Istilah zinah dalam Alkitab dikenakan kepada orang yang mencampur prinsip-prinsip agam Ibrahim dengan faham lain yang dibuat oleh bangsa yang non-Israil (gentile). Karena tuduhan yang demikian itulah Isa menjawab bahwa dirinya adalah hamba Allah, yang diajarkan Firman Allah (Alkitab) dan juga Isa menyatakan dirinya adalah nabi Bani Israil, mulut Tu[h]an. Jawaban Isa “ si anak orok” itu relevan dengan pertanyaan tua-tua Israil itu.

2.  Tua-tua Israil yang ahli Taurat itu dengan sinis melihat Isa sebagai anak yang masih dalam gendongan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa para tua-tua Israil yang terdiri dari imam-imam dan ahli Taurat menganggap orang muda yang bersikap menggurui dalam masalah agama dan Kitab suci sebagai “anak kecil” yang sok tahu tentang agama. Para imam-imam itu menganggap merekalah yang paling tahu soal agama, sehingga orang muda dianggap “orok” atau anak yang masih dalam buaian. Sesungguhnya Isa tatkala datang kembali kepada kaumnya adalah Isa yang sudah dewasa. Seperti sudah disinggung sebelumnya, bahwa Isa dididik dan dibesarkan dalam komunitas Zelot atau Nazarean dan Esenes di padang gurun dan pegunungan yang menjadi sarang dan markas gerakan politik bersenjata Bangsa Israil. Dari jawaban Isa, hal ini tidak dapat dibantah. Jika tidak demikian, dari manakah Isa dapat menjadi “hamba Allah” mendapat Alkitab (Injil) dan mendapat Firman Allah yang menyebabkan dia mengaku sebagai Mulut Allah, nabi Israil?

3.  pernyataan Isa itumembuktikan seterang-terangnya bahwa para imam-imam itu bukan sedang berhadapan dengan “orok”, bayi yang masih dalam buaian,  tapi dengan seorang Nabi yang menguasai Kitab Taurat dan Injil. Masuk di akalkah Tu[h]an mewajibkan bayi untuk melakukakan sembahyang (shalat), membayar zakat perpuluhan? Jika demikian, benarlah bahwa kisah melahirkannya Maryam bukan kisah melahirkan bayi tetapi melahirkan dalam artian membina seorang pemimpin yang akan menjadi Mesias atau Raja Bangsa Israil. Bahasa kitabiyah menggambarkan kelahiran seorang pemimpin itu seperti seorang perempuan yang melahirkan. Adalah suatu hal yang biasa di dalam bahasa, kata lahir digunakan untuk berbagai   pengertian, misalnya lahirnya suatu bangsa, lahirnya seorang pemimpin, lahirnya suatu partai, llahirnya seorang Raja yang adil, lahirnya seorang Nabi dan sebagainya.

4.  Isa menyataka didepan ahli-ahli Taurat bahwa Ia akan diberkati pada waktu ia dilahirkan, pada waktu ia wafat (mati), dan pada waktu ia dibangkitkan hidup kembali. Peryataan Isa ini dapat menimbulkan berbagai tafsir atau arti. Oragn agama biasa mengartikan ayat ini sebagai perjalanan hidup manusia, yaitu; lahir (hidup), mati atau meninggal dunia dan hidup kembali bangkit dari kubur di hari kiamat nanti. Seorang Paulus dapat mengartikan ayat ini bahwa Isa lahir secara biologis, mati setelah disalib dan hidup kembali setelah kematian ditiang salib. Namun jika dilihat dari perjalan hidup seorang pejuang kemerdekan bangsa Israil dalam dimensi sejarah atau Isa yang historis, akan memberi makna dalam dimensi yang lain.

Isa lahir; maknanya adalah lahir sebagai manusia yang berkepribadian Ruhul Qudus, yaitu Firman yang menjadi manusia.


Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (QS. An-Nahl :102)

ASAL-USUL ISTILAH "TU[H]AN"

Istilah atau kata “Tu[h]an” mempunyai sejarah yang unik. Kata “Tu[h]an”  sesungguhnya tidak ada dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Melayu yang merupakan asal dari bahasa Indonesia. Lantas, dari manakah kata “Tu[h]an”  ini berasal ?

Ellen Kristi dalam bukunya “ Yesus Kristus bukan Allah tapi Tu[h]an”  menguraikan dengan jelas asal-usul dari kata  Tu[h]an ini. Ellen Kristi mengutip dari ulasan Remy Sylado, seorang ahli bahasa Indonesia tentang sejarah lahirnya istilah Tu[h]an. Singkat cerita, Remy Sylado menyatakan bahwa kata Tu[h]an berasal dari kata “Tuan”.

Remy Sylado menyatakan bahwa dalam Kitab Suci Melayu terrjemahan Daniel Brouwerius tahun 1668 Masehi, kata Yunani “Kurios” gelar bagi Yesus Kristus (Isa Al-Masih) masih diterjemahkan “Tuan”. Berhubung terjemahan Brouwerius ini sulit dipahami karena benyak menggunakan kata serapan dari bahasa Prancis, VOC menyuruh pendeta Melchior Leijdecker menerjemahkan ulang seluruh Al-Kitab. Pada terjemahan Leijdecker inilah kita temukan perubahan harafiah dari “Tuan” menjadi “Tu[h]an” untuk padanan kata “Adon” atau “Kurios”

Kemungkinan besar, perubahan ini dilakukan atas dasar pertimbangan  teologis Katolik Roma yang memfigurkan Yesus sebagai “tuan” yang ilahiah, untuk membedakan “tuan “ yang manusiawi. Tetapi sesungguhnya, kata Tu[h]an maknanya tidak dapat dilepaskan dengan makna “tuan” yaitu yang memerintah, yang menjadi raja, yang mengendalikan, tuan atau majikan, yang menjadi pemilik dan yang dihormati. Tetapi karena orang tidak mengetahui sejarah perubahan ini, maka kata Tu[h]an menjadi sesuatu yang “melangit” dan tidak bermakna praktis bagi manusia. Artinya adalah,   mereka tidak sadar bahwa makna praktisnya adalah “Tuan” yaitu sesuatu yang harus memerintah atau berrkuasa, raja, pengendali, tuan atau majikan yang harus ditaati dan dipatuhi oleh manusia sebagai “budak” atau “hamba” dari Tuan-nya itu.

Apa yang disebut “bahasa” adalah sesuatu  “perjanjian” antar manusia, artinya, kata “tuan” dapat diganti menjadi “tukan”, “tupan” “tugan”, dan lain sebagainya, asalkan perubahan itu tidak menyimpang dari kata atau makna aslinya, yaitu “tuan” dengan seluruh batasan maknanya. Apapun alasannya yang jelas pendeta Melchior Leijdecker telah berhasil merubah Yesus dari “tuan “ yang manusiawi menjadi Tu[h]an adalah murni milik ciptaan pendeta Kaolik Roma untuk memenuhi debutuhan teologisnya

Tetapi, dalam perkembangannya pergantian kata”tuan” dengan menyelipkan huruf ”h”diantara “tu” dan “an” pengaruhnya sangar bersar dan sangat menyimpang jauh dari makna aslinya. Penyimpangan itu adalah kata Tu[h]an, hanya diapahami secara teologis-agamis, yaitu: Penguasa dilangit, Raja di sorga, raja di akhirat yang harus disembah dengan berbagai bentuk ritus (sembahyang), Roh yang ada di hati dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian “tuan” adalah raja didunia, pengusa, pemerintah negara, pengendali pemerintahan, tuan atau majikan rakyat yang secara praktis harus dipatuhi, ditaati hukum dan perintahnya oleh manusia.

Jadi, menurut paham agamis model Paulus ini, Allah itu adalah Tu[h]an yang adalah tuan dilangit dan di akhirat kelak sedang Kaisar itu adalah “tuan” di bumi. Kedua-duanya harus ditaaati pada “dunianya” masing-masing.

Dengan demikian, manusia menurut teologi Kristen dan juga paham agamis orang Islam, harus taat kepada dua obyek ketaatan, kepatuham, kekuasaan, raja, kerajaan, pengabdian dan sebagainya, yaitu kepada  Tu[h]an yang berada dilangit (kerajaan Sorga) dan yang kedua: ketaatan, kepatuhan kepada kerajaan dunia (negara), hukum manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dibumi ini. Dengan demikian, scara tidak sadar seorang terjebak kedalam ajaran Paulus. Menurut ajaran Paulus, kematian Yesus di tiang salib adalah suatu bentuk perdamaian Allah pada manusia. Apa yang disebut “Hukum Taurat”  hanyalah untuk manusia yang berdosa karena dosa Adam. Dengan penebusan Tu[h]an mati di tiang salib, berati “Hukum Taurat” sudah tidak diperlukan lagi. Dosa itu ada karena Hukum Taurat, maka ketika Hukum Taurat itu dihapus melalui penebusan Yesus, di dunia ini tidak ada lagi istilah “dosa” karena semua sudah “ditanggung” oleh Yesus. Paulus mengajarkan bahwa Allah sudah tidak lagi memiliki kerajaan dimuka bumi ini seperti kerajaan Musa, Daud, salomo. Kerajaan Allah (YAHWEH) berada dilangit (sorga) dan nanti di akhir zaman sejarah manusia, Yesus sebagai Tu[h]an akan turun kembali kebumi untuk menghukum orang-orang yang tidak percaya akan peristiwa “pembebasan dosa manusia” di tiang salib. Sejak kenaikan Yesus ke sorga, hamba-hamba Tu(h)an khususnya dan manusia pada umumnya harus menganggap bahwa kerajaan atau kekuasaan apapun bentuknya adalah tidak ada yang tidak berasal dari Allah. Oleh sebab itu, melawan pemerintah atau kekuasaan yang ada berarti melawan ketetapan Allah, walaupun yang memerintah atau yang berkuasa itu adalah penguasa atheis, komunis dan penguasa-penguasa yang sewenang-wenang.

Hamba-hamba Tu(h)an harus taat kepada “Tuan”nya dibumi yang adalah kaisar, setulus ketaatannya kepada Tu(h)an di gereja (Roma 13). Ajaran semacam ini menafikan sifat Allah sebagai “Tuan” Yang Maha Kuasa, karena Allah tidak menjadi “Tuan”nya manusia dalam kehidupan sehari-hari. Allah atau YHWH hanya berkuasa di gereja atau di tempat ibadat, sedang diluar pagar gereja adalah kekuasaan Kaisar.

Kemungkinan dari paham Paulus yang seperti ini ada aliran dalam budaya ummat Islam yang menyatakan bahwa: Hidup di bawah kekuasaan Raja yang zalim (tidak adil) seratus tahun lebih baik daripada kekacauan selama satu hari akibat usaha untuk merubahnya.

Otentiknya ajaran Paulus itu kita kutip demikian :

Setiap orang haruslah taat kepada pemerintah, sebab tidak ada pemerintah yang tidak mendapat kekuasaannya dari Allah. Dan pemerintah yang ada sekarang ini, menjalankan kekuasaannya atas perintah dari Allah. Itu sebabnya orang yang menentang pemerintah sama saja dengan menentang apa yang telah ditentukan oleh Allah. Dan orang yang berbuat begitu akan menerima hukuman. Sebab, orang yang berbuat baik tidak usah takut kepada pemerintah. Hanya orang yang berbuat jahat saja yang harus takut. Kalau Saudara ingin supaya Saudara tidak merasa takut terhadap pemerintah, Saudara harus berbuat baik, maka Saudara akan dipuji. (Roma 13 : 1-3)

Seorang murid Yesus yang sejati menentang keras ajaran Paulus ini karena sangat bertentangan dengan ajaran Yesus semasa hidupnya, dan tidak ada satupun nabi-nabi keturunan Abraham yang berpaham seperti ini. Dari ajaran yang seperti inilah lahirnya agama Katolik Romawi sampai hari ini, dan dari ajaran yang seperti ini pula lahirnya paham sekularisme, yaitu paham yang memisahkan antara agama dan negara yang hari ini dianut oleh semua agama; Kristen maupun Islam. Dalam hal ini, teringatlah kita kepada pernyataan Allah di dalam Al-Qur’an :

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. Al-Baqarah : 120)

Melihat ayat ini, sesungguhnya orang Yhudi dan Kristen tidak usah lagi berusaha untuk membuat program kristenisasi terhadap ummat yang katanya beragama Islam,karena secara tidak sadar sebagian besar cara mereka beragama telah menggenapi ayat Al-Qur’an Surat Al-baqarah : 120 tersebut diatas. Benarlah Allah dengan segala Firman-Nya.

Kembali kepada masalah Yesus yang dikatakan mengaku sebagai Tu(h)an, dikarenakan ada pernyataan yang demikian –yang diriwayatkan oleh penulis Injil Yohanes, Tu(h)an, Allah mempertanyakan masalah ini kepada Yesus. Terhadap masalah ini, Yesus dengan tegas menolak pernyataan  itu. Dengan demikian, Pernyataan Injil Yohanes tentang pengakuan Yesus sebagai Tu(h)an adalah dusta atau salah tafsir. Pernyataan atau doktrin Yesus sebagai Tua(h)an bukan dari golongan Yehuda maupun Israel, tetapi doktrin itu berkembang dikalangan non Israel, terutama di kalangan orang-orang Yunani yang gemar memfigurkan seorang pahlawan sebagai Dewa Tu(h)an.

Yesus melanjutkan penolakannya terhadap tuduhan dirinya mengaku sebagai Tu(h)an sebagai berikut:

Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.  (QS, Al-Maidah : 117-118)


Bukti bahwa Yesus tidak pernah mengaku dirinya Tu(h)an dan orang harus menyembah dan taat kepadanya secara pribadi, dapat kita lihat di dalam suatu pernyataan sebagai berikut;

Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku." (Yohanes 12 : 49-50)


Tidak cukupkah bukti bukti tertulis ini untuk menjadi hakim bahwa ajaran paulus, simon Petrus dan Gereja Ortodoks Katolik Roma adalah ajaran berhala Yunani dang dikemas atas nama Yesus, Isa Al-Masih ? !