Maryam mendapat Berita dari Allah melalui Utusan-Nya
Maryam adalah wanita salehah, yang menjaga
kesucian dirinya dari pergaulan bebas. Kehidupan sehari-hatinya tidak seperti
gadis-gadis umum dalam lingkungannya. Maryam masih keponakan Imam Bait Allah
yang juga nabi, yaitu Nabi Zakaria ayahnya Nabi Yahya. Pada suatu ketika, ia
menyendiri dan tidak berhubungan sama sekali dengan keluarganya. Ia
bertahanuts, yaitu kegiatan semacam semedi. Konsentrasinya diarahkan sepenuhnya
untuk mengingat Tu[h]an. Dalam keadaan antara sadar dan tidak
(kasyaf) ia mendapat “penglihatan” seperti seorang manusia layaknya berdiri
dihadapannya. Melihat orang itu, Maryam merasa takut, jangan-jangan itu adalah
orang jahat yang akan berbuat sesuatu kepadanya. Orang itu mengaku sebagai
Utusan Tu[h]an yang menyampaikan firman-Nya kepadanya.
Firman itu berupa:
- Rencana Tu[h]an yang akan memberikan seorang anak laki-laki kepadanya (kalimatuhu). Maryam merasa heran,
bagaimana dia akan mempunyai anak sedang dia belum bersuami
- Orang itu mengatakan,
hal itu mudah bagi Tu[h]an, sebab segala sesuatu yang terjadi dalam
hidup dan kehidupan ini adalah merupakan penggenapan dari ketetapan atau
kehendak Tu[h]an sebelumnya
-
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS.
Al-Hadid: 22)
Anak yang diberitahu akan dikandung oleh Maryam dikatakan “sebagai tanda
bagi manusia”. Dimana letak tanda itu?
(21) Jibril berkata:
"Demikianlah." Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiKu;
dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat
dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan."
(22) Maka Maryam
mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang
jauh. (QS. Maryam :21-22)
- Tanda bahwa kehadiran anak yang nantinya menjadi nabi itu adalah ia lahir
berdasarkan Firman Tu[h]an yang diberitahukan terlebih dahulu kepada seorang wanita yang masih gadis.
- Tanda yang kedua, anak itu akan menjadi dewasa dan diangkat menjadi nabi
untuk menyampaikan Firman Tu[h]an kepada
manusia.
Semua
nabi yang menyampaikan Firman Allah adalah tanda atau bukti bagi manusia bahwa
Tu[h]an adalah Raja atas alam semesta
ini. Dia yang menciptakan segenap makhluk dan Dia juga yang mengatur kehidupan
makhluk-makhluk itu dengan aturan-Nya. Itulah makna Isa Al-Masih diciptakan
dengan kalimat-Nya (kalimatuhu).
Ayat 21 diikuti oleh ayat 22 yang
merupakan “kalimat berita”. Maka Maryam mengadungnya, lalu ia menyisihkan diri
dengan kandungannya ketempat yang jauh. Karena ayat 22 yang merupakan “kalimat
berita” orang menafsirkan bahwa Maryam langsung hamil setelah perpisahan dengan
orang yang dilihatnya dalam keadaan kasyaf
itu. Dalam penyampaian kisah sejarah tidak demikian halnya. Antara satu ayat
dengan ayat bisa terdapat jarak rentang waktu yang cukup panjang, tergantung
masalah apa yang sedang dibicarakan.
Maryam menikah
Proses
bagaimana dan kapan Maryam akan mulai mengandung tidak perlu dikisahkan secara
detail karena segala sesuatu akan berproses secara ilmiah dan Sunnatullah,
yaitu hukum-hukum yang terjadi pada alam. Apapun yang terjadi pada alam ini berlangsung
secara tetap dan tidak pernah berubah.
Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan... (QS. Al-Hujarat : 13)
Dalam penciptaan Isa Al-Masih,
dengan tegas Tu[h]an menyatakan bahwa proses penciptaannya sama dengan
Adam, yaitu dari turab atau tanah,
sebagaimana manusia pada umumnya.
Sesungguhnya
misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya:
"Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (QS. Ali Imran : 59)
Proses perkawinan Maryam dikisahkan
pada surat dan ayat yang lain, yaitu :
(43)
Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang yang
ruku'
(44)
Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan
kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka
(untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan
kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.
(45)
Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah
menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan
kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang
terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan
(kepada Allah), (QS. Ali Imran :43- 45)
Undian yang dilakukan oleh keluarga
Maryam tentang siapa yang akan memeliharanya bukan dalam arti memelihara bayi
atau membesarkannya, karena ayat sebelumnya menyatakan bahwa Maryam dikala itu
sudah dewasa. Hanya orang yang sudah dewasalah yang diperintahkan untuk taat
dan sujud.
Dan
Ada ayat (45) dikisahkan dalam
redaksi yang berbeda dengan ;
(18) Maryam berkata: "Sesungguhnya
aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha pemurah, jika kamu seorang
yang bertakwa."
(19)
Ia (jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan
Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci."
(20)
Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang
tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang
pezina!"
(21)
Jibril berkata: "Demikianlah." Tuhanmu berfirman: "Hal itu
adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia
dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah
diputuskan." (QS. Maryam : 18-21)
Perbedaan redaksi dalam suatu peristiwa yang sama tidak
berarti berita itu bertentangan. Suatu peristiwa terkadang disampaikan dalam
redaksi yang panjang, terkadang diipersingkat tergantung pada kepentingan-nya
Maryam
mengandung Ruh Allah (pemahaman wahyu)
Bahwa yang dikandung
oleh Maryam adalah anak “ruh” yang ditiupkan oleh pemilik Ruhul Qudus (Allah).
Semasa hidupnya, sebelum tanggungjawab pemeliharaan dirinya diserahkan dari
Zakaria (bapaknya Yahya) kepada Yusuf suaminya (pelindung keluarga), diri
Maryam sudah dipenuhi oleh “ruh” Allah dan dia juga sudah sering mendapatkan
pengajaran wahyu Taurat dari Zakaria. Bahkan seringkali Zakaria mendapati kamar
Maryam penuh dengan “hidangan” sebagai rizqi dari Allah (wahyu). Al-Qur’an
menegaskan bahwa Maryam adalah perempuan pilihan yang disucikan (qalbunya) oleh
Allah
Kisah Maryam
didalam Injil
Maka
jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan
kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu.
Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah
sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu. (QS. Yunus : 94)
Katakanlah:
"Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu
menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu." Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari
Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka;
maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.
(QS.Al-Maidah :68)
2.
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
3.
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka
4.
dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al
Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan
sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat
(QS.
Al-Baqarah : 2-4)
Kisah berita mengandungnya Maryam didalam Injil Matius dan
Injil dikisahkan bahwa Maria mengandung selagi ia masih berstatus bertunangan
dengan Yusuf. Tatkala keduanya sudah menikah, barulah Yusauf tahu bahwa
istrinya, Maria ternyata sedang mengandung. Dalam hal ini mungkinkah wanita
shaleh Maria mau dinikahi oleh Yusuf padahal ia sedang mengandung?. Hanya
wanita jahatlah yang mau melakukan hal semacam itu. Yusuf bermaksud menceraikan
Maria, tetapi maksud ini dicegah oleh malaikat Jibril dalam penglihatan Mimpi.
Karena itu Yusuf tidak jadi menceraikannya. Penulis Injil Matius maupun Lukas
sengaja menyelipkan kejadian aneh seperti itu, karena tujuan tertentu, yaitu
doktrin bahwa Isa secara biologis bukan anak manusia, tetapi Roh Kudus, yaitu Tu[h]an atau Tu[h]an
Anak yang menjelma menjadi manusia. Benarlah sebagaimana sinyalemen pakar
pencerahan menyatakan bahwa agama Kristen dibangun diatas dogma yang penuh
dengan distorsi-distorsi dan kepalsuan.
Kelahiran Isa
sama seperti manusia pada umumnya
Kisah Isa adalah Tu[h]an
atau Tu[h]an Anak yang mejadi manusia sulit untuk diluruskan,
bahwa Isa adalah manusia sejarah. Usaha apapun untuk membuktikan bahwa Isa
adalah mnusia sejarah, sebagaimana manusia pada umumnya akan gagal. Tu[h]an adalah Maha Kuasa yang dapat melakukan apa saja
menurut kehendak-Nya. Dia tidak dapat dibatasi dengan apapun walaupun terhadapa
hukum yang dibuat-Nya sendiri. Tu[h]an, menurut doktrin semua agama,
Yang Maha Kuasa, jika Ia dibatasi oleh hukum- termasuk hukum-Nya sendiri, hal
itu akan menhilangkan sifat ke-Maha Kuasaan-Nya.
12.
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah
13.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim).
14.
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik
(QS.
Al-Mu’minuun : 12-14)
Sebagai
suatu sunnatullah (hukum) yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali
tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu (QS. Al-Fath :23)
Demikian lah
hukum penciptaan dari Tu[h]an yang berlaku untuk semua manusia sepanjang zaman
yang tidak akan pernah mengalami perubahan.
Walaupun
para nabi yang hidupnya dibimbing oleh Tu[h]an
berjalan sesuai dengan hukum sebab akibat yang berlaku sebagaimana hukum alam,
hal itu tidak berlaku pada agama Kristen ciptaan Paulus dan paham Simon Petrus
serta paham agamis yang dibangun diatas pondasi doktrin
Doktrin ini sudah dibantah oleh
Al-Qur’an 1400 tahun yang lalu, tetapi agama Kristen yang doktriner itu masih
berjalan dengan doktrin ortodoksi walaupun sudah terhuyung-huyung. Munculnya
“orang dalam” yaitu para pakar pencerahan yang muncul 200 tahun terakhir ini
akan terus melakukan riset ilmiah untuk membuktikan Isa atau Yesus sebagai
manusia sejarah dan mereka yakin dapat membuktikan bahwa agama Kristen dengan Injil Nicea-nya itu adalah cerita
fiksi yang dibuat oleh musuh-musuh Isa yang membenci Isa dengan ajaran
mesianiknya.
Kisah Isa adalah kelahiran sang pemimpin pergerakan kebangkitan
Kisah kelahiran Isa “Sang Pemimpin”
gerakan kemerdekaan bangsa Israil yang disajikan oleh Al-Qur’an lebih rumit
lagi untuk dipahami. Dikisahkan bahwa Maryam dengan kandungannya yang berat itu
pergi ketempat yang jauh seorang diri. Ketika
akan melahirkan, ia bersandar pada pangkal pohon kurma. Ketika ia sedang
mengerang kesakitan, malaikat jibril datang kembali dan menghibur Maryam bahwa Tu[h]an telah membuat “anak sungai”, dan Maryam yang
sedang mengerrang itu diperintahkan menggoyang
pohon kurma agar buahnya jatuh berguguran. Tentu saja kisah ini tidak bisa
dipahami dengan bahasa muhkam, bahasa
vulgar yang makananya sebagaimana adanya. Membaca kisah ini akan bertanyadalam
hatinya, bagaimana dan buat apa Tu[h]an
membuat anak sungai dibawah Maryam, dan bagaimana mungkin wanita yang
sedang melahirkan diperintahkan untuk menggoyangkan pohon kurma yang pangkalnya
dua kali lingkaran pelukan manusia itu. Jangankan seorang yang sedang hamil
tua, sepuluh orang dewasa pun tidak akan sanggup menggoyang pohon kurma sampai
buahnya berjatuhan.
Karena rumitnya masalah ini, semua
penafsir menganggap ayat ini bahasa
muhkam (jelas) sebagaimana adanya. Walupun tidak logis, terpakasa harus
diterima apa adanya, dan orang memandang hal ini sebagai bukti kekuasaan Tu[h]an yang dapat berbuat semau-Nya. Namun demikian, kita
ingat akan gaya bahasa wahyu atau kitab, bahwa setiap kisah didalam kitab
disajikan dalam dua bahasa, yaitu muhkam
(jelas) dan mutasyabihat (menyerupai
atau perumpamaan), kita akan “melihat” makna lain dari kisa itu.
Dia-lah
yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada
ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyaabihaat,
semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal (QS. Ali ‘Imran : 7)
Pada Al-Qu’an Surat Maryam ayat 22 dikisahkan bahwa
Maryam membawa kandungannya ketempat yang jauh. Kata “hamala” mempunyai banyak
arti, seperti mengangkut, membawa, menanggung, seperti Nabi Nuh misalnya
orang-orang yang naik kapal bersama Nuh disebut
“hamalna ma’a nuh” (QS. Al-Isra : 3). Dan para ahli Taurat
dikatakan “hummilu al-taurat” (QS. Al-Jumu’ah : 5).
Jadi kata hamaltahu dalam ayat 22 bermakna :
maka dibawanyalah dia (Isa) ketempat
yang jauh. Setelah Isa lahir, ia tidak dibesarkan di Betlehem, tetapi dibawa ke
tempat yang jauh, Isa Al-Masih muda itu akan didik oleh Tu[h]an menjadi seorang Al-Masih, seorang Mesias, seorang
pemimpin yang akan membebaskan bangsanya dari penjajah Romawi.
Perlu diketahui dimasa Isa Al-Masih
hidup, bangsa Israil sedang bergolak. Di Tanah Permai itu banyak pejuang
bersenjata yang bermarkas di gurun dan pegunungan yang jauh dari jangkauan
tentara Romawi. Sejarah kontemporer menyebut mereka sebagai kaum Zelot, Esenes,
Nazarean dan sebagainya. Ketiga fraksi pejuang bersenjata ini sangat anti
bekerjasama dengan penjajah Roma. Inga saja misalnya kisah tentang 5.000 orang
dan 4.000 orang bersenjata yang diberi “roti hidup” oleh Isa. Mereka membujuk
Isa agar mau diangkat sebagai pimpinan gerakan bersenjata untuk melawan tentara
Romawi.
Isa Al-Masih adalah sang pejuang revolusi peradaban illahi
Isa sesungguhnya bukan guru agama
yang “flamboyan” seperti pendeta atau pastur. Isa didalam khotbah-khotbahnya
adalah pejuang yang sangat keras yang membakdalam ewar semangat bangsanya untuk
tidak berlaku seperti partai Saduki dan Farisi yang menjual keyakinan dan
prinsip-prinsip hukum Taurat denga gengsi, harta dan martabat kepada
srigala-srigala buas seperti Herodes dan Pontius Pilatus. Tentu sifat dan
karakter ini diperolehnya dari hasil didikan dan penggemblengan yang ketat
dalam waktu yang lama.
Isa Al-Masih dibawa oleh Ibunya
ketempat yang jauh, tidak disansikan lag bahwa Ibunya, Maryam, membawa Isa
untuk didik mental dan fisiknya dalam komunitas kaum Zelot, Eseni atau Nazarean
digurun dan dipegunungan yang ada diluar jangkauan Romawi. Isa mendapat
pendidikan yang sama seperti Yahya dikampung-kampung pejuang Israil secara
ekslusif di gurun-gurun tanah Yudea( semacam pesantren zaman dahulu)
Pohon kurma dan anak sungai adalah
gambaran dari suatu kebun yang subur
jannatin tajri min tahtiha al-anhar kebun yang dibawahnya mengalir
sungai-sungai. Isa Al-Masih Sang pemimpin “dilahirkan” di kebun korma Allah.
Kebun dalam bahasa kitabiyah adalah komunitas orang yang beriman. Orang beriman
adalah tanaman Allah, komunitas sorgawi yang akan menghasilkan buah atau amal
sholeh. Orang yang sholeh adalah orang yang patuh kepada perintah dan kehendak Tu[h]an. Mereka akan dijadikan mulut dan tangan Tu[h]an didalam menegakan Kerajaan-Nya di muka bumi ini.
Kata-kata “makan dan minumlah dan sejukanlah mata engkau”, menggambarkan
bahwa Tu[h]an
sedang memberi “makan dan minuman ruhani”
kepada komunitas itu, dan Isa Al-Masih ada didalamnhya. Fase ini
benar-benar di mana Isa digembleng dengan ayar-ayat Tu[h]an. Kebun kurma Allah itu bagaikan “dapur perapian” untuk membuat besi
menjadi pedang. Dapur perapian yang memisahkan mana karat dan mana besi.
Disinilah Isa Al-Masih mendapat pelajaran Taurat, Injil dan Hikmah sebagai
dasar baginya untuk melaksanakan tugas kemesiasannya.
Selanjutnya, Maryam dilarang
membicarakan masalah ini kepada siapapun. Semua tentang ajaran Isa Al-Masih
diserahkan jawabanya kepada putranya itu. Setelah masa-masa pengkaderan selesai
dan Isa Al-Masih sudah siap menyatakan kenabiannya dimuka umum, Maryam membawa
kembali putranya ke tempat asalnya atau kaumnya. Setelah kembali kepada
kaumnya, Nabi Isa Al-masih mulai berdakwah dan membacakan firman-firman Allah,
baik kitab Taurat dan Injil yang diterimanya langsung dari Tu[h]an semesta alam maupun dari hasil didikan ibunya.
Ternyata apa yang disampaikan Isa
Al-Masih tentang makna Taurat dan Injil serta bahasa hikmah sangat berbeda
dengan penafsiran para ulamaTaurat. Maryam dan Isa Al-Masih meninggalkan
kaumnya dalan waktu yang lam. Ketika Isa dibawa kembali kepada kaumnya, umur
Nabi Isa sudah mengijak 40 tahun
Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah
(pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga
apabila dia telah dewasa dan umurnya
sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk
mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu
bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai;
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri." (QS. Al-Ahqaf : 15)
Melihat ajaran Isa berbeda dengan faham Saduki dan
Farisi, mereka menuduh Maryam telah melakukan perzinahan dengan bangsa diluar
Israil.
Tuduhan Terhadap Maryam dan Pembelaan Isa Al-Masih pada Ibunya
27.
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya
berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat
mungkar.
28.
Hai saudara perempuan Harun[902], ayahmu sekali-kali bukanlah
seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina",
29.
maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan
berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?"
30.
Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab
(Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,
31.
dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku
hidup;
32.
dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong
lagi celaka.
33.
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada
hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali."
34.
Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka
berbantah-bantahan tentang kebenarannya. (QS. Maryam : 27-34)
Para penafsir agamis memahami ayat 27 dan 28 ini
secara apa adanya. Mereka mengira bahwa ayat ini adalah ayat muhkam, seperti berikut; setelah Maryam
menyingkir seorang diri untuk melahirkan, ia kemudian kembali kerumahnya sambil
menggendong anak itu, padahal mereka tahu bahwa Maryam belum bersuami.
Kedatangan Maryam membuat tua-tua Israil heran dan menuduh Maryam punya anak
tersebut dari hasil perzinahan. Ketika tuduhan ini dipertanyakan kepada Maryam,
ia tidak menjawab. Maryam menunjuk anaknya yang dalam gendongan itu untuk
menjawab. Para tua-tua itu menjawab dengan sinis; mengapa hal ini harus
bertanya kepada anak yang masih dalam gendongan.
Tiba-tiba “anak orok” itu menjawab; “sesungguhnya aku
ini hamba Allah; Dia (Allah) telah memberikan Alkitab (Injil) dan Dia
memerintahkan kepadaku untuk shalat dan zakat selama aku hidup, dan berbakti
kepada ibuku dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong dan celaka. Dan
kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari aku dilahirkan, pada hari
aku mati dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.
Dari jawaban anak itu, masalahnya sekarang menjadi
jelas, bahwa;
1.
Tuduhan para tua-tua Israil bukan masalah perzinahan
fisik. Buktinya adalah anak itu telah membela ibunya bukan dalam masalah
perzinahan fisik. Jika tuduhan itu demikian, tentunya anak itu tidak memberikan
jawaban yang demekian. Jawaban anak itu menjadi tidak relevan. Yang menjadi
masalah tua-tua Israil memang bukan masalah zinah fisik, karena mereka
mengetahui bahwa Maryam adalah istri sah dari Yusuf si pengusaha kayu. Yang
dipermasalahkan adalah khotbah-khotbah Isa terasa aneh di telinga tua-tua
Israil. Isa anak Maryam ini bicara soal Taurat dan nubuah nabi-nabi, berbeda
dengan faham agama Yahudi yang dianut oleh tua-tua itu. Istilah zinah dalam
Alkitab dikenakan kepada orang yang mencampur prinsip-prinsip agam Ibrahim
dengan faham lain yang dibuat oleh bangsa yang non-Israil (gentile). Karena
tuduhan yang demikian itulah Isa menjawab bahwa dirinya adalah hamba Allah,
yang diajarkan Firman Allah (Alkitab) dan juga Isa menyatakan dirinya adalah
nabi Bani Israil, mulut Tu[h]an. Jawaban Isa “ si anak orok” itu relevan dengan
pertanyaan tua-tua Israil itu.
2. Tua-tua Israil yang ahli Taurat itu dengan sinis melihat Isa sebagai anak
yang masih dalam gendongan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa para tua-tua
Israil yang terdiri dari imam-imam dan ahli Taurat menganggap orang muda yang
bersikap menggurui dalam masalah agama dan Kitab suci sebagai “anak kecil” yang
sok tahu tentang agama. Para imam-imam itu menganggap merekalah yang paling
tahu soal agama, sehingga orang muda dianggap “orok” atau anak yang masih dalam
buaian. Sesungguhnya Isa tatkala datang kembali kepada kaumnya adalah Isa yang
sudah dewasa. Seperti sudah disinggung sebelumnya, bahwa Isa dididik dan
dibesarkan dalam komunitas Zelot atau Nazarean dan Esenes di padang gurun dan
pegunungan yang menjadi sarang dan markas gerakan politik bersenjata Bangsa
Israil. Dari jawaban Isa, hal ini tidak dapat dibantah. Jika tidak demikian,
dari manakah Isa dapat menjadi “hamba
Allah” mendapat Alkitab (Injil) dan mendapat Firman Allah yang menyebabkan
dia mengaku sebagai Mulut Allah, nabi
Israil?
3. pernyataan Isa itumembuktikan seterang-terangnya bahwa
para imam-imam itu bukan sedang berhadapan dengan “orok”, bayi yang masih dalam buaian, tapi dengan seorang Nabi yang menguasai Kitab
Taurat dan Injil. Masuk di akalkah Tu[h]an
mewajibkan bayi untuk melakukakan sembahyang (shalat), membayar zakat
perpuluhan? Jika demikian, benarlah bahwa kisah melahirkannya Maryam bukan
kisah melahirkan bayi tetapi melahirkan dalam artian membina seorang pemimpin
yang akan menjadi Mesias atau Raja Bangsa Israil. Bahasa kitabiyah
menggambarkan kelahiran seorang pemimpin itu seperti seorang perempuan yang
melahirkan. Adalah suatu hal yang biasa di dalam bahasa, kata lahir digunakan
untuk berbagai pengertian, misalnya
lahirnya suatu bangsa, lahirnya seorang pemimpin, lahirnya suatu partai,
llahirnya seorang Raja yang adil, lahirnya seorang Nabi dan sebagainya.
4. Isa menyataka didepan ahli-ahli Taurat bahwa Ia akan diberkati pada waktu
ia dilahirkan, pada waktu ia wafat (mati), dan pada waktu ia dibangkitkan hidup
kembali. Peryataan Isa ini dapat menimbulkan berbagai tafsir atau arti. Oragn
agama biasa mengartikan ayat ini sebagai perjalanan hidup manusia, yaitu; lahir
(hidup), mati atau meninggal dunia dan hidup kembali bangkit dari kubur di hari
kiamat nanti. Seorang Paulus dapat mengartikan ayat ini bahwa Isa lahir secara
biologis, mati setelah disalib dan hidup kembali setelah kematian ditiang
salib. Namun jika dilihat dari perjalan hidup seorang pejuang kemerdekan bangsa
Israil dalam dimensi sejarah atau Isa yang historis, akan memberi makna
dalam dimensi yang lain.
Isa lahir; maknanya adalah lahir sebagai manusia yang berkepribadian
Ruhul Qudus, yaitu Firman yang menjadi manusia.
Katakanlah:
"Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar,
untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk
serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."
(QS. An-Nahl :102)